Minggu, 11 September 2011

LOST for HAPPINESS chapter I




Genre: Romance

Cast : 

  • Shin Ryu Mi (fic) [Pict. Ryu Hye Ju]
  • Laura Cheryll (fic) [Pict.Kim Shin Yeong]
  • Lee Donghae
  • Super junior member
  • Others



ini ff pertamaku, tolong di koreksi dan dikomentari ya :)

enjoy!










(Ryumi POV)

"kriiing kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiing"

"tap"
Aku membuka mataku,’ hhh, sudah pagi’
Seperti biasa, aku melihat kamar perpaduan warna krem dan putih, sofa untuk membaca disamping kiri tempat tidurku. Lalu aku terduduk, masih ditempat tidurku sambil mengerjapkan mata karena pandangan yang masih kabur melihat disamping kiri terdapat meja belajarku  dengan jam waker yang selalu mengganggu, komputer, amplop putih, dan,,,
'hmm?amplop putih?amplop putih apa itu?’, pikirku
Tapi aku tidak melakukan apapun dengan benda aneh itu, dan aku tetap bersandar di kasurku. Rasa kantuk ku megalahkan rasa penasaranku terhadap benda aneh itu. Aku tidak tertidur, hanya saja aku sangat mengantuk setelah semalaman membaca buku pinjaman temanku yang harus segera ku kembalikan. Aku tidak berbuat apa apa, hanya melihat poster donghae oppa yang tertempel di dinding kamar depan kasurku dengan pandangan kosong.
Tiba- tiba,
"(STILL YOU – Donghae & Eunhyuk)" ponselku berbunyi.
 'omo,dimana aku menaruh ponselku semalam?'. Tanganku mencari ponselku. Hanya tanganku yang bergerak.
Cukup lama tanganku meraba ke segala arah yang bisa dicapai, dan akhirnya aku menemukan ponselku dibalik bantal. Aku menyentuh gambar berwarna hijau di layar ponsel.
Aku mengangkat telepon masuk yang sepertinya sudah ke empat kalinya dia menelponku.
"YAH! Kamu tau berapa lama aku menunggumu mengangkat telepon ini??”, teriak seseorang di seberang telepon.
" ", belum sempat aku menjawab.
"YAH! Kenapa kamu tidak berbicara apapun??”, teriaknya lagi.
‘hhh, Bagaimana aku bisa menjawab?’pikirku.
"hhh. Ada apa?", akhirnya aku bisa berbicara sebelum Laura – teman dekatku- teriak lagi.
"hahh. Kamu selalu seperti itu. Terselahlah, pokoknya, mereka memilihku! KYAAAA!!!”, teriaknya dengan bahagia. Tapi aku masih belum sadar apa yang terjadi, sepertinya rasa kantuk ku masih mengalahkan teriakan Laura.
“Huh? Terpilih untuk apa?”, tanyaku masih sambil menguap kecil. Tapi sepertinya dia tidak mendengarku karena suara mobil dan motor yang lumayan kencang. Sepertinya dia sedang dipinggir jalan.
"dan bagaimana denganmu?”, tanyanya lagi.
"huh?aku?”, masih belum sepenuhnya sadar.
"YAH! Studi banding ke Korea Selatan!, amplop putih yang kita terima dari dosen dua hari yang lalu! Jangan bilang kamu lupa!”, teriaknya lagi lebih besar dari sebelumnya.
"ah", akhirnya aku sadar dan teringat barang aneh di atas mejaku tadi.
"omo, kamu lupa?YAH! BAGAIMANA KAMU BISA LUPA TENTANG ITU!!”, teriaknya. Sepertinya ini teriakan terbesar yang pernah aku dengar di telepon.
"ok, sorry, jadi apa maumu?", tanyaku –mulai kesal dengan teriakannya-
"YAAAH! Buka amplop itu sekarang!!”, teriaknya LAGI.
"ok", aku melepaskan punggungku dari kasur dan menggapai mejaku dengan malas untuk mengambil benda asing tadi yang mengusik waktu istirahatku. Kubuka amplop itu."ups".
"Apa?Apa yang tertulis disana?", - terima kasih tuhan dia tidak teriak lagi.
"Aku juga", jawabku sambil menjauhkan ponselku dari telinga dan menyumbat telinga kiriku dengan jari telunjuk. 
"APA?????KYAAAAAAA", Teriakannya kali ini SUPER keras, sepertinya orang- orang yang berada disekitar dia mulai berpikir kalau dia gila."lalu, dimana kamu sekarang?",tanyanya.
"Aku?, tentu saja dikamarku, ini masih pagi kan?", jawabku sambil menguap.
"heeey! Ini sudah jam 9! Bagaimana kamu bisa bilang sekarang masih pagi!!"
"Tapi ini hari minggu Lauraa, pada hari minggu, siang itu baru mulai saat jam sudah 2 digit, so, waktunya istirahat”, dan sebelum dia sempat membalas perkataanku, “dan tolong berhenti teriak, teriakanmu sudah mengganggu ketenangan minggu ku, hoaamm”,  jawabku lagi sambil menguap dan menggeliat dikasur.
"ups, ok. Sorry. Tapi tolong jangan tarik selimutmu lagi dan mandi SEKARANG!, aku akan tiba dirumahmu kira- kira 20 menit, atau, 15 menit lagi. Sampai ketemu cantik, muah”, dia menutup telepon.
"Aaaarrghh”, sekarang aku yang berteriak,” tapi aku masih sangat mengantuuk”, teriakku. Akan tetapi aku tetap berjalan –dengan malas- menuju kamar mandi. Karena tidak ada yang bisa mengalahkan Laura dalam situasi seperti ini. Jika dia sampai dikamarku dan melihat aku masih ditempat tidur, mungkin dia akan meneriakiku lagi suara ultrasoniknya itu dan menyeretku kekamar mandi.

15 menit kemudian

Aku sedang mengeringkan rambutku yang mulai menggelitiki punggungku sambil melihat jam diatas meja, pas 15 menit. Tapi kemana temanku yang suka teriak itu?pikirku sambil menguap.
Tiba- tiba, “BRAK”, bunyi pintu kamarku yang dibuka dengan sangat kencang hingga membentur dinding.
Belum selesai kagetku karena bunyi tadi, tiba- tiba kulihat Laura dengan one piece warna andalannya berlari lalu loncat menghampiriku dan memelukku sambil berteriak,” Ryumiiii!”. Lalu melepaskan pelukannya sambil melihatku dengan pandangan berbinar- binar.
“Hai”, jawabku sambil tersenyum kecil. Sambil melanjutkan mengeringkan rambutku dengan HairDryer yang sempat terjatuh karena pelukannya.
“Heey, ayolah lebih bahagia lagi! Kita akan pergi ke Korea Selatan seminggu lagi!!, kyaaa! Membayangkannya saja aku tidak bisa berhenti tersenyum!”, ucapnya dengan penuh kebahagiaan.” Dan mungkin saja kita bisa bertemu dengan donghae oppa –mu itu hehehe”.
“iyaa aku tau”, jawabku sambil tersenyum kecil. Sebenarnya aku juga sangat senang karena setelah sekitar 10 tahun yang lalu sejak terakhir aku ke Korea Selatan untuk mengunjungi nenek ku –ibu dari ayahku -  yang tinggal disana, tapi tidak lama aku dan keluargaku kesana, nenek ku meninggal. Lalu beberapa tahun setelah itu daerah pemakaman nenek ku sudah menjadi pusat perbelanjaan terbesar disana –kata ayahku- , setelah itu keluarga ku belum pernah kesana lagi, dan perkataan terakhir Laura tentang laki- laki manis yang tersenyum di dinding kamarku pun menjadi salah satu semangatku untuk berangkat ke negara yang menjadi pusat fashion dan pop idol dunia, ‘Mana mungkin aku tidak ingin bertemu dengannya?’, tapi mengingat Super Junior sangat sibuk, aku hanya bisa menghela nafas pelan. “ Lalu, untuk apa kamu kesini?”, tanyaku.
“untuk apa? Tentu saja aku mengajakmu untuk belanja keperluan disana!”, “ups, tapi pertama kita kesalon dulu yaa hehe”, jawabnya.
“ok, tunggu sebentar aku siap - siap”.
10 menit kemudian
“ayo kita berangkaaat!”, teriaknya setelah melihatku sudah siap sambil berlari menarikku keluar kamar.



***




Aku dan Laura berangkat ke salon dan belanja dengan mobil Laura. Dalam perjalanan Laura cerita tentang kenapa dia sangat senang bisa ke Korea Selatan.
“Ibuku lahir dan mempunyai keluarga di Korea Selatan, tapi aku tidak pernah melihatnya karena dia meninggal beberapa menit setelah melahirkanku, sedangkan ayahku memiliki hubungan yang kurang baik dengan keluarga ibuku karena pernikahannya dengan ayahku yang berdarah Prancis  kurang disetujui oleh keluarga ibuku, jadi Ayah tidak pernah mau mengajakku ke Korea Selatan”, ceritanya.
Setelah itu dia juga bercerita bahwa ayahnya memiliki beberapa perusahaan disini, jadi mereka harus menetap di Indonesia. Ku dengar darinya juga, sifatnya yang selalu cerewet itu  kata ayahnya sangat mirip dengan sifat almarhum ibunya, makanya dia sangat bangga menjadi orang cerewet.
Sebenarnya, aku sudah mendengar cerita itu mungkin untuk yang ke 10 kalinya, tapi aku tetap selalu menanggapi ceritanya. Lalu setelah itu dia tidak berhenti bicara tentang makanan apa yang ingin dia coba disana, kemana saja tempat yang ingin dia kunjungi, dan masih banyak lagi. Selain ceritanya tentang ibunya, Aku hanya menanggapinya dengan,”oh begitu?”, atau,” ya boleh”, atau juga,” ok”, dan jawaban sejenisnya yang pasti membuat dia tidak puas mendengar jawabanku sampai saat tiba di salon dia mencubit hidungku karena kesal.
Aku hanya creambath dan merapikan potongan rambutku, setelah selesai aku segera menuju ruang tunggu. “Jam 13.05”, ucapku sambil menunggu Laura yang masih sibuk berbicara dengan petugas salon yang sedang merendam kakinya dengan air hangat. Ku habiskan waktuku dengan membaca majalah yang disediakan, bermain game dan aku mulai mengingat kenanganku saat kecil di Seoul, membayangkan bagaimana sikapku jika disana bisa bertemu Donghae oppa dan member super junior lainnya, dan tanpa kusadari aku tertidur di sofa ruang tunggu salon.
“Hey cantik, bangun”, seseorang menggoyangkan tanganku. Masih setengah sadar aku membuka mata, ‘jam 14.37’, kira –kira satu setengah jam aku tertidur. Tiba- tiba Laura menaruh smartphonenya ditanganku, “tolong foto aku hehe”. Aku mengambil beberapa fotonya yang berpose sambil berdiri menyandarkan tangannya di kursi dan beberapa foto lainnya. Setelah kira- kira 10 menit dia masih berpose manis didepan smartphonenya itu, aku memutuskan untuk mengingatkannya agar segera ke tempat selanjutnya.
Akhirnya kita memutuskan untuk ke pusat perbelanjaan. Setelah itu Laura mengantarku pulang.
Selama satu minggu terakhir, aku, Laura, dan beberapa mahasiswa lainnya sibuk menyiapkan data- data, menjalani beberapa tes lagi, dan mulai packing barang- barang yang diperlukan.


chapter I - end -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar